Kabar7News, Jakarta – Berdasarkan statistik BPS, di tengah risiko guncangan perekonomian global, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,72 persen dibandingkan triwulan III-2021. Perkembangan tersebut memperlihatkan momentum pemulihan ekonomi Indonesia masih sangat kuat meskipun di tengah pandemi yang melanda. Hal ini juga menunjukkan pandemi Covid-19 dapat dikendalikan dengan baik sehingga aktivitas ekonomi masyarakat mengalami peningkatan tinggi yang merata di berbagai sektor.

Di antara beberapa faktor penyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi adalah kinerja ekspor yang terus menguat. “Ini merupakan suatu momentum yang baik karena berarti dunia usaha sudah mulai melakukan pemulihan dalam sisi kegiatan investasinya, didukung oleh sektor perbankan yang mulai menyalurkan kreditnya, dan yang paling bagus juga adalah ekspor yang masih sangat kuat.

“Kinerja ekspor kita itu sangat baik,” mengutip pernyataan yang disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati pada laman media sosial @smindrawati (10/11).

Ditambahkan bahwa performa ekspor Indonesia tumbuh secara riil sebesar 21,6 persen di triwulan III-2022 (yoy), konsisten dalam melanjutkan tren surplus dari sisi neraca perdagangan selama 29 bulan berturut-turut.

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI memiliki mandat khusus untuk mendorong ekspor nasional melalui pembiayaan, penjaminan, asuransi dan jasa konsultasi. Selain itu LPEI juga menjadi bagian dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Program Jasa Konsultasi merupakan salah satu mandat yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berorientasi ekspor melalui program edukasi dan pendampingan seperti Coaching Program for New Exporter (CPNE), Marketing Handholding Program dan Desa Devisa.

Selama pandemi sejak tahun 2020 hingga saat ini, LPEI telah berhasil memberikan edukasi melalui program CPNE kepada 1.222 pelaku UMKM berorientasi ekspor yang berasal dari berbagai kota di Indonesia antara lain Makassar, Manado, Denpasar, Demak, Kendal, Bandung hingga Aceh.
Melalui program CPNE, LPEI telah berhasil melahirkan 161 eksportir baru yang berasal dari berbagai sektor usaha, yaitu kelapa dan turunannya, makanan dan minuman, fashion, furniture dan craft, home decor, kecantikan, pengolahan ikan, rempah- rempah, alas kaki, serta komoditas pinang, ubi, dan sayuran.

Program unggulan lainnya, yaitu Desa Devisa yang merupakan program pelatihan dan pendampingan kegiatan berbasis pengembangan kepada masyarakat atau klaster yang bertujuan untuk memperbesar akses masyarakat agar mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya lebih baik dibandingkan sebelumnya dan menghasilkan devisa yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Sampai dengan Oktober tahun 2022, LPEI telah memiliki 149 Desa Devisa dan memberikan pelatihan kepada 13.349 orang petani dan pengrajin.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif LPEI, Riyani Tirtoso menyampaikan, “LPEI terus berkomitmen memberikan edukasi dan pendampingan bagi pelaku UMKM berorientasi ekspor dalam rangka meningkatkan ekspor nasional sebagai wujud kontribusi dalam membantu Pemerintah mengakselarasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.”

(**)

 

Kabar7News, Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan Republik Indonesia berperan dalam memperkenalkan produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berorientasi ekspor yang menerapkan prinsip-prinsip dalam Sustainable Development Goals (SDGs) kepada dunia, melalui acara Presidensi G20 Indonesia yang telah berlangsung pada tanggal 10-13 November 2022 di Hotel Mulia, Nusa Dua Bali.

Dalam kesempatan tersebut, LPEI menyajikan produk-produk para mitra binaannya yang berorientasi ekspor dalam booth showcasing sebagai sarana untuk memperkenalkan produknya ke khalayak internasional.

Sebagai UMKM yang terus mendukung konsep sustainable product, Arae hadir dalam pagelaran G20 dengan produk fashion seperti outer, scarf, aksesoris dan sashiko dengan sentuhan khas melalui teknik ecoprint. Teknik ecoprint merupakan teknik mentransfer warna dan pola daun pada kain melalui proses yang melibatkan alam dan tidak menggunakan bahan kimia. Produk fashion lokal asal Bogor yang dirintis sejak 2018 ini terus konsisten dalam memanfaatkan bahan sisa produk yang diolah kembali untuk dijadikan pakaian dengan menggunakan bahan dan pewarna alami. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

Tidak hanya fokus pada keberlanjutan lingkungan, kelima founder Arae juga membawa misi mulia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini direalisasikan melalui pemberdayaan para pengrajin di Klaten dalam proses produksi yang mana seluruh pengrajin yang diberdayakan adalah perempuan. Selain itu, Arae juga berkomitmen untuk mengalokasikan 15%-30% pendapatan yang diperoleh untuk disalurkan kepada kegiatan sosial, salah satunya berupa pemberian beasiswa Arae Scholarship kepada para pelajar yang tidak memiliki akses pendidikan.

Berkat keunikan dan daya tarik dari produknya, Arae dapat menghasilkan omset sebesar Rp1,7miliar per tahun dengan memproduksi sebanyak 1.000 unit setiap tahunnya.

Kesuksesan ini tak lepas dari peran tiga komunitas penenun di Bayat, Klaten bernama Gigih Makarti, komunitas pemuda bernama Jannati Bogor dan komunitas kelompok Ibu-Ibu yang membuat produk upcycle bernama Ambu Pasir Pari yang turut berkontribusi menghasilkan produk ramah lingkungan hingga dapat dikenal di kancah internasional.

Untuk meningkatkan potensi produknya supaya naik kelas dan dapat memperluas pasar global, Arae ikut dalam program Coaching Program for New Exporters (CPNE) tahun 2021. Program CPNE merupakan upaya LPEI dalam mendorong ekspor nasional melalui pemberian pelatihan dan pendampingan untuk menghasilkan UMKM yang unggul dan dapat bersaing di pasar global.

Dengan pelatihan dan pendampingan ekspor yang diberikan oleh LPEI, produk Arae telah berhasil tembus ke beberapa pasar ekspor, seperti New Zealand, Malaysia, Singapura, Maldives dan Jepang.

“Terima kasih untuk LPEI karena sudah mengajak kami untuk berpartisipasi di G20. Brand kita baru berdiri di 2018 tapi alhamdulillah diberikan kesempatan untuk pameran G20 agar bisa dikenal masyarakat luas. Saya berterima kasih tentunya dengan program CPNE dari LPEI yang membuat saya jadi mendapatkan ilmu mengenai ekspor. Semoga dengan acara G20, LPEI bisa membawa produk Indonesia secara global,” ujar Masrur, Co-Founder Arae.

(**)

 

Kabar7News, Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan terus melakukan edukasi dan pendampingan kepada UMKM berorientasi ekspor untuk naik kelas sehingga bisa Go Global.

Salah satu pelaku UMKM yang berhasil Go Global berkat pendampingan dari LPEI adalah Dewi Ekha Harlasyanti, pengusaha lokal bulu mata palsu yang telah sukses mengekspor produknya ke pasar Eropa dan Amerika. Perempuan yang akrab disapa Dewi ini memulai bisnisnya pada 2015 dengan mendirikan perusahaannya, PT Diva Prima Cemerlang, dimana ia menjabat sebagai CEO hingga kini.

Berawal dari kejenuhannya menjadi karyawan selama 20 tahun dengan masa depan yang tidak pasti, Dewi memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya dan berinisiatif untuk memulai bisnis sendiri. Ia melihat peluang usaha di tempat tinggal lamanya: Purbalingga, sentra produksi bulu mata palsu se-Indonesia dan seluruh dunia.

“Jadi bulu mata palsu yang berbahan baku rambut orang pasti dari Indonesia, dan di dunia ini yang bisa bikin hanya Purbalingga saja. Sehingga kenapa saya memilih untuk menjadi eksportir bulu mata palsu karena Indonesia pemasok bulu mata palsu ke seluruh dunia, jadi lebih mudah bargaining ke buyer,” jelas Dewi.

Sedari awal, Dewi memang sudah kukuh untuk berorientasi ekspor, dan tak lama setelah ia merintis bisnisnya, produk bulu mata palsu Dewi langsung dilirik oleh buyer dari negara lain, yaitu Prancis yang pada akhirnya menjadi destinasi ekspor pertama produk bulu mata palsu Dewi. Kini, Dewi telah melakukan ekspor ke 16 negara, termasuk Meksiko, Kolombia, Turki, Prancis, dan Amerika Serikat sebagai pasar terbesar produk bulu mata palsu.

Selain menjadi pahlawan bagi devisa negara melalui ekspor, perempuan lulusan sarjana hukum ini juga menjadi pahlawan bagi masyarakat lokal melalui pemberdayaan masyarakat dalam proses produksi. Dewi mengatakan, total masyarakat yang diberdayakan ada sekitar 500-700 orang dengan mayoritas adalah para ibu rumah tangga.

Sebagai pengusaha yang terus ingin naik kelas sehingga bisa Go Global, Dewi memperkenalkan produknya kepada LPEI melalui Desa Sejahtera Astra. Pendampingan yang diberikan oleh LPEI kepada Dewi telah membukakan akses pasar, memperluas jejaring usaha, serta membantu mempromosikan produk bulu mata palsu Dewi kepada buyer maupun desainer kelas dunia. Harapan Dewi ke depannya adalah untuk tetap dapat eksis di pasar global, terutama pasar Amerika dan Eropa.

“Saya dikasih banyak kesempatan oleh LPEI untuk show off produk saya. Itu buat saya adalah sesuatu yang luar biasa sekali karena dari situ orang-orang bisa mengenal produk kita,” tutur Dewi.

Dalam upaya mewujudkan impian srikandi-srikandi ekspor lainnya untuk menduniakan produk Indonesia sehingga bisa dikenal oleh masyarakat global, LPEI akan terus melakukan community development melalui Desa Devisa sebagai wujud peran LPEI dalam mendorong pelaku UMKM untuk ekspor secara berkelanjutan.

(**)

 

 

Kabar7News, Jakarta – Perhelatan G-20 menjadi momen yang cukup penting bagi Indonesia sebagai tuan rumah, salah satu yang menjadi sorotan utama adalah potensi perekonomian yang ditopang oleh adanya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sebagaimana yang disampaikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI pada siaran persnya bahwa kontribusi UMKM mencapai 61 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional dan mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja. Hal ini menjadi modal utama untuk mendorong potensi UMKM Indonesia agar mampu menembus pasar internasional melalui saluran ekspor.

Pertemuan G-20 kali ini, UMKM diberikan kesempatan untuk hadir pada pameran yang akan dihadiri oleh para delegasi dari berbagai negara, lebih khusus lagi terdapat booth showcasing produk berorientasi ekspor sebagai sarana bagi UMKM untuk memperkenalkan produknya pada khalayak internasional.

Upaya mendorong produk UMKM go global, di perhelatan ini Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mengajak mitra binaannya untuk mengikuti booth showcasing produk sesuai dengan kriteria tema Healthy Food & Sustainable Product yang diusung.

Keikutsertaan 10 UMKM mitra binaan LPEI pada pameran yang akan diselenggarakan pada 10-13 November 2022 di Hotel Mulia Nusa Dua Bali diharapkan dapat mengulang sukses pada Februari dan Juli tahun 2022 lalu, sebagaimana pameran yang digelar pada pertemuan G-20 tersebut, mitra binaan LPEI sukses mempromosikan produk unggulan ekspor mereka kepada seluruh delegasi yang hadir baik sebagai buah tangan untuk keluarga dan kerabat ataupun untuk digunakan diri sendiri.

“Kami akan betul-betul memanfaatkan momen G-20 ini sebagai sarana perluasan akses pasar bagi mitra binaan, khususnya untuk pasar internasional. Selain itu momen ini juga penting untuk mengenalkan produk UMKM berorientasi ekspor dan juga mengadopsi kearifan lokal yang mendunia,” ujar Direktur Eksekutif LPEI Riyani Tirtoso.

Pernyataan ini semakin mempertegas komitmen LPEI sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan RI untuk turut berperan lebih aktif dalam memperkenalkan produk unggulan Indonesia kepada dunia khususnya kepada para delegasi internasional yang hadir pada acara G20.

Di ajang pertemuan G-20 sektor finansial dan kesehatan yang akan dimulai pada 10 November nanti, LPEI akan menghadirkan mitra binaan unggulan dari sektor kuliner, fesyen, serta tak lupa juga kesehatan dan kecantikan. Sebagian besar mitra binaan tersebut sudah menembus pasar Asia, bahkan ada beberapa yang berhasil menembus pasar Eropa yakni Mason Chocolate dari Bali yang berhasil menembus pasar Belanda dan CV Bali Ayu yang berhasil menembus pasar Prancis, Italia, dan Belanda.

“Kami sengaja menghadirkan mitra yang memang sudah tembus pasar Asia bahkan Eropa, tentu apa yang ditampilkan akan menjadi daya tarik bagi para delegasi. Karena memang mereka juga sudah kami bantu perluasan akses antara lain melalui marketplace internasional yaitu Alibaba, jadi ada potensi ekspor berkelanjutan,” ucap Riyani.

Lebih lanjut lagi, 10 UMKM mitra binaan peserta pameran yang lolos kurasi juga turut mengusung konsep ramah lingkungan dan berorientasi pada Sustainable Development Goals (SDG) dalam menjalankan bisnisnya. Sebagai contoh, UMKM Humbang Kriya yang berasal dari Sumatera Utara konsisten dalam menjalankan konsep eco fashion dan zero waste, selain itu mitra binaan LPEI ini mempekerjakan 60 persen tenaga kerja perempuan. Pada sektor fesyen ada juga UMKM Naralia yang sudah mengantongi sertifikat Global Organic Textile Standart (Gots) untuk bahan baku seluruh produk.

“LPEI berharap 10 mitra binaan ini menjadi motivasi sekaligus inspirasi bagi UMKM lain untuk terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi pasar internasional,” tutup Riyani.

(**)

Kabar7News, Jakarta – Kawasan Eropa Tengah dan Timur merupakan pasar potensial produk ekspor Indonesia. Berpenduduk lebih dari 410 juta jiwa dan pendapatan per kapita rata-rata di atas USD10 ribu, kawasan Eropa Tengah dan Timur berpotensi menjadi tujuan ekspor dan pintu masuk produk Indonesia ke Uni Eropa, Eropa Barat dan Selatan, serta Asia Tengah. Sepanjang tahun 2021, nilai ekspor Indonesia mencapai USD1,78 miliar ke kawasan tersebut, dengan Polandia menjadi tujuan ekspor tertinggi.

Seluruh data tersebut terangkum dalam buku Road to Poland yang diluncurkan dalam acara Indonesia Central and Eastern Europe (INACEE) Business Forum 2022 pada 19 Oktober 2022, dengan tema ‘Connecting Businesses’. Forum ini memfasilitasi penandatanganan kesepakatan bisnis antara pelaku usaha Indonesia dengan mitra di beberapa negara Eropa Tengah dan Timur.

Buku Road to Poland mengulas peluang, perkembangan dan proyeksi ekonomi Polandia di tengah dinamika perkembangan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia. Dalam buku ini diulas mengenai daya saing produk ekspor unggulan Indonesia ke Polandia, termasuk potensi pengembangan ekspor dan kerja sama atau peluang bisnis yang dapat ditingkatkan di antara kedua negara.

“Ini merupakan salah satu wujud adaptasi dalam mencari solusi guna mengatasi tantangan dunia saat ini, dalam upaya meningkatkan kerja sama dan kolaborasi perekonomian, perdagangan, investasi dan bidang lainnya antara Indonesia dengan negara mitra, khususnya di kawasan Eropa Tengah dan Timur,” kata Rini Satriani, Kepala Divisi Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute) LPEI.

Buku yang disusun oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Warsawa ini diharapkan dapat meningkatkan kerja sama bilateral Indonesia dan Polandia. Polandia merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia untuk Kawasan Eropa Tengah dan Timur dengan total nilai ekspor tahun 2021 sebesar USD654,6 juta naik 48,40% (yoy) dan Januari-Agustus 2022 sebesar USD662,30 naik 54,13% (yoy). Beberapa produk Indonesia yang diminati di Polandia antara lain mi instan, permen kopi, batik, furnitur, kopi dan sawit.

Memasuki pasar baru merupakan tantangan bagi eksportir. Peluang dan risiko negara tujuan ekspor harus diidentifikasi secara komprehensif.

Oleh karena itu, buku ini dapat menjadi referensi dan panduan awal bagi eksportir dalam memasuki pasar Eropa Tengah dan Timur yang saat ini memiliki Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di atas USD4 triliun, khususnya ke Polandia.

(**)

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.