Kabar7News

Kabar7News, Jayapura –  Menkopolhukam Mahfud MD berdialog dan bertatap muka dengan para tokoh Papua dalam forum komunikasi yang digelar di salah satu hotel ternama di Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Sabtu (30/11/2019).

Para tokoh Papua itu, diantaranya Ketua NU Papua Tony Wanggai, Sekjen BMP Papua Yonas Nussy, tokoh pegunungan Briyur Wenda, tokoh perempuan Dorince Mehue, Simon Kossay, dan Markus Giay serta tokoh lainnya.

Dalam dialog dan tanya jawab itu, Mahfud MD didampingi Wamen PUPR Jhon Wempi Wetipo dan Wakil Gubernur Klemen Tinal.

Dialog yang berlangsung kurang lebih dua jam itu, mengemuka sejumlah hal yang ditujukan kepada mantan Ketua MK itu, mulai dari implementasi UU Otsus yang tidak masksimal karena berbenturan dengam regulasi lainnya, pengangkatan anggota DPRP dari jalur Otsus, pengakuan masyarakat adat, dan soal pendidikan Pancasila yang perlu mendapat porsi lebih dalam kurikulum masa kini serta permintaan soal mahasiswa Papua yang sedang diproses hukum agar dibebaskan.

Selain itu, juga mengemuka soal keberpihakan bagi pengusaha asli Papua dalam pembangunan, bantuan pemerintah yang tidak tepat sasaran, rumah sosial yang perlu tingkatkan.

“Otsus kurang lebih 18 tahun, UU ini tidak dilengkapi dengan aturan pemerintah, sehingga banyak multi tafsir dan tidak maksimal. Saya berharap hal ini bisa disederhanakan untuk pemberlakuan UU Otsus dengan situasi terkini sehingga bisa berjalan maksimal,” kata Yonas Alfons Nussy.

Dorince Mehue, salah satu anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) mengaku bahwa lembaga kultural adat tersebut tidak maksimal berjalan karena ada sejumlah kebijakan yang bertentangan.

“Saya juga minta ada pengakuan dan penghormatan untuk adat, juga harus ada semacam Balai Kartini di Papua untuk mama-mama Papua,” kata Dorince.

Menanggapi hal itu, Mahfud mengakui bahwa UU Otsus berjalan selama ini tapi tidak didukung oleh sejumlah aturan dibawahnya.

“Seperti PP belum ada, kadangkala bertentangan dengan UU lain, sehingga tidak maksimal, ini akan kami evaluasi. Saran dan masukan kita tampung,” katanya.

“Tapi sekarang begini, pemerintah sedang menghilangkan kebijakan yang tumpang tindih. Hal ini terus dibenahi oleh pemerintahan masa kini,” sambungnya.

Mengenai, keberpihakan pengusaha asli Papua, Wamen PUPR Jhon Wempi Wetipo mengatakan ada regulasi yang mengaturnya dan ada sejumlah proyek yang dilakukan penunjukkan langsung.

“Ada proyek juga penunjukan yang dilakukan oleh bupati atau wali kota dengan pagu dana sesuai aturan,…kalau usulan untuk bangun balai untuk mama Papua itu harus didukung dengan penyediaan lahan, jangan sampai jadi persoalan,” katanya.

“Karena masalah di Papua itu, kayu palang lebih mahal dari semua kayu yang ada,” katanya ditanggapi dengan senyuman dan tertawa oleh para tokoh yang hadir.

Sementara itu, Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal meminta kepada forum yang tidak sempat menyampaikan aspirasinya bisa ditulis dan disampaikan melalui Desk Papua yang ada di Kota Jayapura.

“Untuk aspirasi pemekaran, segera buat tim dan kelengkapan, harus ditindaklanjuti segera,” katanya.

Sekedar diketahui, Menkopolhukam Mahfud MD berkunjung ke Kota Jayapura dalam sejumlah agenda kerja, diantaranya menghadiri forum komunikasi dengan tokoh masyarakat dan pemuda Papua.

(Sumber:AntaraNews)

Kabar7News, Marauke – Sebagai wujud peduli akan keindahan kampung, personel Batalyon Infanteri Mekanis Raider (Yonif MR) 411/Pdw Kostrad yang tergabung dalam Satgas Pengamanan Perbatasan Republik Indonesia-Papua Nugini (Pamtas RI-PNG) turut menuangkan kreativitasnya melalui kegiatan karya bakti mengecat gapura Kampung Kondo dengan nuansa merah putih sebagai simbol selamat datang di wilayah terpencil Indonesia tersebut.

Dansatgas Pamtas RI-PNG Yonif MR 411/Pdw Kostrad Mayor Inf Rizky Aditya S.Sos., M.Han., di Distrik Elikobel, Merauke, Papua, Sabtu (30/11/2019) menyampaikan bahwa gapura yang berada di Kampung Kondo baru selesai dibangun, namun belum dicat.

“Setelah berkordinasi dengan Kepala Kampung Kondo, Letda Inf Ulivo Dicky P selaku Komandao Pos Kondo memerintahkan anggotanya untuk melaksanakan pengecatan gapura dengan nuansa warna merah dan putih,” ungkapnya.

Selanjutnya personel Pos Kondo dipimpin Praka Aan Nurhasan bersama dengan beberapa warga melaksanakan karya bakti pengecatan gapura dengan suasana penuh keakraban dan kebersamaan.

“Dipilih warna merah dan putih sendiri merupakan kesepakatan bersama dengan warga sebagai simbol bahwa masyarakat di daerah terpencil itu memiliki semangat seperti Bendera Merah Putih,” ujar Dansatgas.

Menurut Mayor Inf Rizky Aditya, dipilihnya warna merah dan putih sebagai simbol bahwa Kampung Kondo yang letaknya berada di wilayah pedalaman perbatasan RI-PNG memiliki semangat seperti Bendera Merah Putih, yang akan selalu menjaga persatuan dan kesatuan meskipun berada di pelosok negeri.

“Kami sengaja memilih warna merah dan putih sebagai simbol jiwa semangat TNI dan warga perbatasan yang cinta Indonesia, meskipun apa yang kami lakukan ini sangatlah sederhana, mudah-mudahan dapat bermanfaat,” katanya.

Sementara itu Tokoh adat Kampung Kondo Bapak Bernadus Bomak Mahuze yang hadir pada saat pengecatan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Satgas Yonif MR 411/Pdw Kostrad dalam hal ini Pos Kondo yang telah peduli untuk mengecat gapura Kampung Kondo.

“Warna merah dan putih menggambarkan semangat kami yang cinta Indonesia,” ucapnya.

(Red)

Kabar7News, Jakarta – Ketua Asosiasi Ilmuwan Praktisi Hukum Indonesia(Alpha) dan Dosen Hukum Pidana Universitas Bung Karno, Azmi Syahputra mengatakan bahwa kasus Lutfhi, pembawa bendera saat unjuk rasa reformasi pada September-Oktober lalu yang kini ditahan harus menjadi perhatian dan menjadi catatan penting bagi pemerintahan Presiden Jokowi.

“Spontan sporadik menjadi catatan penting bagi penyelenggara negara dan pemegang kekuasaan, pada umumnya perlawanan rakyat itu muncul karena ada rasa ketidakadilan,” jelas Azmi berdasarkan keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (29/11/2019).

Dia mengungkapkan, peristiwa  yang terjadi ini karena sebab akibat(causalitas), seharusnya pemerintah dan pemegang kekuasaan sadar diri dan evaluasi objektif.

Dikatakannya Yang ribut dan saling rebut itu siapa? Yang buat gaduh kondisi negara itu siapa? Kok tega “menumbalkan” remaja ini atas nama keamanan nasional, atas nama ketertiban? Ini kurang tepat, lari dari tujuan filosofi hukum apalagi mengamputasi hak atas  kemanusiaannya.

“Karenanya Jaksa semestinya jangan terburu buru untuk P 21, teliti detail kasus ini, karena terjadinya peristiwa ini bukan hal biasa, bukan maunya si remaja ini, namun ada kausalitas ? Dan dapat saja hakim nantinya  akan membebaskan atau memutuskan  lepas dari tuntutan hukum atas kasus ini,” Ditambahkannya.

Selain itu pula, kata Azmi, seharusnya ada juga fungsi pencegahan dan pembinaan oleh penegak hukum ditingkat kepolisian untuk luthfi ini? pertanyaan lainnua  kenapa cuma dia seorang yang di tahan?apa karena alasan viral di medsos? Penegakan hukum yang begini kan janggal sekali.

Menurutnya di luar kacamata pertimbangan sisi yuridis yang melihat unsur unsur perbuatan, lihat pula ada rasa kemanusiaan, aspek sosiologis, termasul kepentingan hukum yang lebih luas misal hak kemanusiaannya, termasuk dampak lingkungan yang tidak sesuai dan perkembangan jiwanya, ini yang penting dan harus diperhatikan pula, akibat ditahan jadi abai haknya  dan dapat berdampak memperburuk keadaan psikis remaja ini karena dirinya harus menjalani sebagai tahanan, jadi tidak semua perbuatan kan harus dengan prinsip pemidanaan dan ditahan .

“Sehingga cara pandang dan pemikiran prinsip pemidanaan harus pula dapat ditempatkan secara benar dan tepat, karenanyan jika dikaitkan dalam kasus luthfi dirasa kurang tepat penerapan prinsip pemidanaan,” pungkasnya.

(Wem)

Kabar7News, Jakarta – Selain meningkatkan tali silaturahmi, kegiatan Apel Danrem dan Dandim Terpusat TA. 2019 digelar dan dibuka secara resmi oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa, juga untuk menyamakan persepsi  dalam menghadapi tantangan tugas ke depan yang semakin kompleks.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Candra Wijaya, dalam rilis tertulisnya di Jakarta, Jumat (29/11/2019).

Diungkapkan Kadispenad, baik dari lama pelaksanaan, tempat maupun rangkaian kegiatannya, apel para pejabat teritorial Angkatan Darat kali ini dikemas dalam kegiatan yang  berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Selain untuk meningkatkan silaturahmi dan komunikasi, dari kegiatan ini diharapkan dapat menyamakan persepsi tentang berbagai kebijakan di bidang pembinaan Angkatan Darat, khususnya pembinaan teritorial atau wilayah pertahanan,” ujar Kadispenad.

Menurut Candra, mengingat dinamika perkembangan lingkungan strategis  yang sangat dinamis, berbagai materi yang diberikan kepada 455 orang peserta itu akan membantu para Dansat dalam menerapkan berbagai strategi dan program yang tepat.

“Meski dilaksanakan dalam waktu 1 hari, beberapa materi pembekalan yang diberikan, seperti dari Kasum TNI, Letjen TNI Joni Supriyanto dan Menkopolhukam, Prof.Dr. Mahfud MD dapat membuka wawasan para peserta akan situasi yang kekinian,” tegas Candra.

Selain itu, lanjut Candra, kepada para peserta,  Kasad menghimbau agar meningkatkan kreativitas mereka dalam menjabarkan berbagai program maupun kegiatan Pembinaan Teritorial (Binter) yang dijalankannya.

“Program dan kegiatan  Binter harus diselaraskan dengan perkembangan lingkungan strategis,  baik pada level global, regional, dan nasional” ujarnya.

Sebagai motor penggerak pembangunan wilayah pertahanan, lanjut Candra, TNI AD harus lebih proaktif dan melalui program Binter bersinergi bersama berbagai stakeholder mendukung kebijakan Pemerintah sekaligus menyelaraskannya untuk menciptakan Ruang, Alat, dan Kondisi (RAK) Juang yang tangguh.

“Khususnya  untuk kepentingan pertahanan matra darat,” tambahnya.

Selanjutnya, tambah Candra, Kasad juga memberikan penekanan untuk terus pelihara dan tingkatkan kepekaan untuk melihat, mendengar, serta merasakan kebutuhan dan kesulitan rakyat.

“Para peserta juga diminta untuk meningkatkan kemampuan dan pemanfaatan media, baik media mainstream maupun media sosial,” kata Candra.

“Di era digital dan internet, berbagai informasi bisa secara langsung tersampaikan dan mendapatkan respon dari publik, yang dapat dijadikan feed back dan masukan bagi kita,” terang Candra.

Sebelum mengakhiri sambutan dan membuka upacara Apel Danrem dan Dandim, Kasad juga menyampaikan bahwa mulai tahun ini, peringatan Hari Juang Kartika (HJK) yang jatuh setiap tanggal 15 Desember berubah menjadi Hari Juang TNI AD berdasarkan Kep Kasad no Kep/1000/X/2019 tanggal 29 Oktober 2019.

“Ulang tahun TNI AD jatuh bersamaan dengan hari lahir TNI yakni 5 Oktober, jadi tanggal 15 Desember bukan hari lahir TNI AD, melainkan mengenang hari bersejarah kejuangannya, yaitu saat Panglima Besar Jenderal Sudirman merebut Ambarawa dari penjajah,” tambahnya.

“Tahun ini peringatan Hari Juang TNI AD akan dilaksanakan terpusat di Mabesad dan tersebar di Kotama/Daerah masing-masing,” pungkasnya.

Turut hadir pada acara Apel Danrem-Dandim Terpusat TA. 2019, Wakasad, Pangkostrad, Irjenad, Kasahli Kasad, para Asisten Kasad, Danpusterad, Para Danrem dan Dandim.

(Red)

Kabar7News, Jakarta – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas/PPN) membuka peluang kerja sama dengan negara asing dalam pembangunan ibu kota baru di Kalimantan.

Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Bappenas Leonard Tampubolon di Jakarta, Jumat (29/11/2019), mengatakan pihaknya saat ini sedang menyusun konsep pembangunan ibu kota baru, untuk kemudian ditentukan spesifikasi kerja sama yang dapat dilakukan dengan mitra asing.

“Kami terbuka sebetulnya , tetapi kami harus melihat detailnya seperti apa, bentuk kerja samanya bagaimana. Konsepnya masih disusun, nanti setelah konsep ada baru kita tahu kebutuhannya seperti apa,” kata Leonard ketika dihubungi Antara dari Jakarta.

Presiden Joko Widodo telah memutuskan ibu kota pemerintahan pindah dari DKI Jakarta ke Kalimantan, dan menunjuk Kementerian PPN sebagai koordinator untuk merencanakan konsep pembangunan ibu kota baru.

Hingga saat ini, lanjut Leo, negara yang sudah menawarkan diri untuk bekerja sama dalam pembangunan ibu kota baru antara lain Jepang, Korea dan Australia. Skema pembiayaan kerja sama pembangunan tersebut beragam, antara lain investasi, hibah atau pinjaman.

“Mereka menawarkan mereka bisa terlibat dimana. Tapi kami harus melihat dulu detailnya seperti apa, harus melihat kerja samanya bagaimana,” tambahnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan mitra asing yang ingin menawarkan kerja sama dalam pembangunan ibu kota baru harus memenuhi syarat yang sesuai dengan kebutuhan Pemerintah.

“Nanti yang diambil itu yang kita anggap mampu memiliki teknologi yang memadai, sesuai dengan rencana itu. Dan juga dengan kondisi-kondisi yang disepakati,” ujar Wapres Ma’ruf di Kantor Wapres Jakarta, Kamis (28/11/2019).

(Sumber:AntaraNews)

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.