Kabar7News


Kabar7News, Jakarta – Kalijodo, yang dahulunya merupakan salah satu wilayah remang-remang di Ibukota, kini menjadi spotlight yang amat pantas menjadi tempat rekreasi keluarga bagi warga Jakarta. Para pengunjung temporer yang sedang punya urusan di Ibukota Republik Indonesia ini juga dapat menikmati fasilitas hiburan di Kalijodo tanpa harus merogoh kocek tambahan.

“Yaa, Kalijodo sekarang sudah bermetamorfosis ke bentuknya sekarang yang amat patut dikunjungi setiap warga. Kita dapat menikmati goyangan Kalijodo sepuasnya melalui lantunan lagu-lagu dangdut yang dibawakan para penyanyi usia muda bertalenta hebat di sini,” ungkap Ketua Umum PPWI Wilson Lalengke yang berkesempatan mampir menyaksikan performance para pedangdut Kalijodo, Sabtu (10/8/2019).

Acara dangdutan mingguan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo yang diprakarsai Ketua Umum Garda Bintang Timur, Daenk Jamal, sungguh menjadi daya pikat yang menjadikan lokasi ini senantiasa semarak di malam minggu seperti malam ini.

“Tempat ini namanya telah berubah menjadi Kalijodo Jaman Now, Kalijodo yang dapat menjadi sumber inspirasi posistif bagi setiap warga Jakarta, khususnya daerah Jakarta Utara,” jelas Daenk Jamal kepada pewarta media ini.

Hal itu tidaklah berlebihan. Faktanya, keberadaan Kalijodo Jaman Now yang menyajikan berbagai program inovatif telah menjadi pemicu geliat Jakarta dari berbagai sisi. Ekonomi warga sekitar dapat bergerak maju berkat adanya ratusan tenda yang menyediakan berbagai dagangan warga, seperti makanan, mainan anak, asesories, hingga lampu hias dan perhiasan murah meriah bagi pengunjung putri.

 Hiburan murah merakyat yang menampilkan para pedangdut hasil 2 kali penyelenggaraan lomba Nyanyi Dangdut Bintang Timur di Kalijodo Jaman Now, tentu menjadi nilai tambah yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

“Menurut saya, Daenk Jamal telah memberikan contoh yang bagus bagi para pemuda penggerak dinamika masyarakat untuk kreatif menciptakan spotlight-spotligh menarik di tempat lain, yang mungkin saat ini masih dianggap kurang potensial bagi pengembangan ekonomi masyarakat berbasis seni-budaya bangsa sendiri,” imbuh Wilson.

Panggung Dangdut Kalijodo Jaman Now pada Sabtu malam, 10 Agustus 2019, ini telah menggoyang RTH ini dengan luar biasa. Penonton membludak, memenuhi setiap sudut ruang halaman di seputaran bangunan utama terbuka RTH terlihat antusias menikmat rangkaian penampilan para penyanyi.

“Kami sangat menikmati hiburan gratis yang disediakan Kalijodo Jaman Now ini. Terima kasih untuk Bapak Daenk Jamal, pengelola RTH Kalijodo. Malam minggu depan saya mau datang lagi, hahaha,” ujar Didi, warga Angke, salah satu penggunjung yang sempat dimintai komentarnya oleh pewarta.
(Red)


Kabar7News, Tangerang – Dalam Tradisi Tionghoa, bulan 7 (Tjit Gwee) Tanggal 15 menurut Penanggalan Imlek dirayakan sebagai Festival Zhong Yuan Jie (中元节) atau Tjit Gwee Pua (Bahasa Hokkien) adalah merupakan hari di mana orang Tionghoa akan mengadakan sembahyang pada arwah leluhur dan arwah-arwah yang berada disekitar mereka yang merupakan sebuah tradisi perayaan dalam kebudayaan Tionghoa.

Segenap pengurus dan umat Vihara Ariya Dipasena Kampung Gunung Batu Korelet Rt 12/03 Desa Rancaiyuh Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang, mengadakan acara Pattidana. Sabtu, (10/08/2019).

Bulan 7 (tjit gwee) dalam penanggalan Tionghoa lebih dikenal dengan istilah Bulan hantu. Ada sebuah kepercayaan di mana dalam kurun waktu 1 bulan ini, Pintu Gerbang Neraka dibuka bebas sehingga arwah-arwah yang mendiami alam baka sana bebas keluar untuk masuk ke alam dunia manusia, mengunjungi keluarga dan kerabat mereka yang masih hidup.

Di Indonesia, karena adanya kepercayaan semacam itu, maka di bulan ini takhyul dan mitos seakan disebar di mana-mana. Para orangtua akan mewanti-wanti anak mereka agar tidak mandi atau makan terlalu malam, dan berkeliaran sembarangan apalagi di malam hari, karena khawatir arwah jahat bisa saja mencelakai mereka.

Bagi yang ingin melakukan sesuatu yang penting, seperti pindah rumah atau memulai usaha, juga dianjurkan untuk tidak melakukannya selama bulan ini karena diyakini akan mengalami kesialan atau kegagalan, dan dipercaya peristiwa-peristiwa baik dan menggembirakan yang dilaksanakan di bulan “hantu” akan mendatangkan kesialan.

Namun pengaruh religius terutama dari Buddhisme menjadikan tradisi perayaan ini sarat dengan mitologi tentang hantu-hantu kelaparan yang perlu dijamu pada masa kehadiran mereka di dunia manusia.

Puncaknya adalah di tanggal 15. Di hari puncaknya, biasanya diadakan upacara sembahyang di rumah di tiap keluarga. Beberapa dari mereka akan menyiapkan barang-barang untuk dibakar seperti lilin, dupa/hio, hingga uang kertas alam baka, pakaian, dan barang-barang lainnya yang tentu saja dikhususkan untuk orang mati.

Karena ada kepercayaan hantu-hantu kelaparan akan keluar dari dunianya, maka biasanya di tiap-tiap keluarga akan menghidangkan makanan di rumahnya masing-masing untuk menyambut arwah keluarga mereka yang kelaparan.

Di samping itu, biasanya di sudut-sudut jalanan terdapat beberapa sesajen, lilin, hio, atau uang kertas yang konon juga dipersembahkan untuk hantu-hantu kelaparan yang sudah tidak memiliki keluarga di dunia ini.

Di beberapa kota Indonesia, masih bisa dijumpai perayaan umat Konghucu di kelenteng yang namanya, “Sembahyang Rebutan“. Jadi warga Tionghoa, akan membawa persembahan-persembahan ke kelenteng yang dikumpulkan jadi satu, disusun “mbukit” dan setelah prosesi doa, persembahan-persembahan itu akan direbut oleh umat yang hadir, dan dipercaya makanan itu akan membawa berkah bagi yang mengkonsumsinya.

Sementara itu, di beberapa negara lain, Festival Hantu Lapar sering dirayakan besar-besaran dan menjadi bagian dari “menu” pariwisata yang layak untuk dicicipi wisatawan karena pertengahan bulan ke-tujuh merupakan waktu di mana festival diadakan untuk merayakannya. Di Singapura, atau Hong Kong, mereka mengenalnya dengan Hungry Ghost Festival (Festival Hantu Lapar).

Kemudian yang menjadi kebiasaan warga Tionghoa juga adalah adanya “persembahan” untuk arwah-arwah itu. Biasanya mereka semua akan keluar rumah untuk merayakan festival tersebut. Dari jam 6 sore, di depan rumah warga Tionghoa biasanya sudah tampak beberapa sesajian, termasuk lilin, hio dan uang kertas.

Pemandangan yang semakin menambah kentalnya nuansa mistis di jalanan. Membakar hio untuk mendoakan arwah leluhur mereka, membakar dan menerbangkan lentera ke langit sebagai ungkapan mengirim doa untuk mereka yang sudah meninggal.

Yang lainnya ada juga yang mengungkapkan pesannya dengan mengapungkan perahu-perahu kertas di air. Konon jika perahu itu mengapung lama dan sampai di pinggiran pantai yang lainnya, maka itu berarti arwah leluhur mereka telah menjadi makhluk yang abadi (berada di dunia yang baik).

Sebenarnya ada beberapa cerita dan legenda yang melatarbelakangi ritual Zhong Yuan Jie, Ulambana atau Ghost Hungry Festival yang diadakan di seluruh dunia. Kebanyakan dari mereka berasal dari ajaran Kong Hu Cu, Buddha, atau legenda-legenda lainnya.

Tradisi ini sebenarnya merupakan produk masyarakat agraris di zaman dahulu yang bermula dari penghormatan kepada leluhur serta Dewa-Dewa supaya panen yang biasanya jatuh di musim gugur atau di masa-masa pertengahan bulan ke-tujuh, yang merupakan saat-saat menyambut masa panen dapat terberkati dan berlimpah.

Maka di bulan itulah, biasanya mereka berdoa kepada Dewa-Dewa serta meminta dukungan leluhur mereka agar panen mereka bisa berlimpah, sekaligus memberi penghormatan kepada arwah leluhur.


(Affry)


Kabar7News, Merauke – Pos Rawabiru Satgas Yonif MR 411 Kostrad bersama Suku Kanum menggelar acara peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) di Kampung Rawabiru, Distrik Sotta, Kabupaten Merauke. Jumat (09/08/2019).

Perayaan HIMAS digelar setiap tanggal 9 Agustus oleh PBB dan Masyarakat Adat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam perayaan di Kampung Rawabiru, acara dimeriahkan dengan kegiatan Kirab Keliling Kampung sambil memainkan alat musik khas Suku Kanum, tarian adat dan bernyanyi bersama, di akhiri dengan acara makan-makan bersama di Pos Rawabiru.

Dansatgas Yonif MR 411/Pandawa Kostrad Mayor Inf Rizky Aditya S.Sos., M.Han., mengatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di Pos Rawabiru bersama Suku Kanum merupakan salah satu upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui budaya adat.

“Kita (Satgas) akan selalu membina hubungan baik dengan masyarakat, salah satunya adalah dengan melestarikan budaya adat setempat, sehingga kedepan akan tercipta ikatan kekeluargaan yang kuat antara Satgas dan Masyarakat di sekitar pos,” ujarnya.

Sementara itu, Komandan Pos Rawabiru Letda Inf Raden Adityas menyampaikan bahwa kita (Satgas) bersama-sama warga Kampung Rawabiru mengadakan acara peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia sebagai bentuk melestarikan budaya adat guna mempererat hubungan silaturahmi dengan masyarakat.

Bapak Kepala Suku Harun Khoi Dimar menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada bapa TNI dari Satgas Yonif MR 411 Kostrad yang telah menyelenggarakan acara peringatan Hari Masyarakat Adat Sedunia di Kampung Rawabiru. “Semoga semakin memperat hubungan silaturahmi kita semua,” ucapnya.

Autentikasi :
Pasi Intel Satgas Yonif MR 411 Kostrad,
Lettu Inf Asep Saepudin
HP. 085220926802

(Red)


Kabar7News, Jakarta – Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Aang Witarsa Rofik memaparkan Peran Humas di Era Konvergensi Media dalam acara Piala Humas Jabar-Refleksi 1 Tahun Jabar Juara di The Trans Luxury Hotel, Jumat (09/08/2019).

Menurutnya, perkembangan pada telekomunikasi mempengaruhi perkembangan pada bidang terapan ilmu komunikasi seperti dunia Public Relation (PR) yang telah ikut berubah sejalan dengan perubahan dalam teknologi komunikasi.

“Humas dijaman dulu masih menggunakan teknik surat menyurat untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan pihak lain. Kini, dengan perkembangan teknologi kita dapat menggunakan fasilitas email dan media sosial yang sangat mudah dan cepat, serta meminimalisasi biaya,” kata Aang.

Ditambahkannya, humas bekerja untuk menjadi moncong instansi/lembaga dalam menampilkan citra yang positif di benak publik. Konvergensi media telah mentransformasi Humas dari petarung tunggal menjadi Humas multimedia bila ditekankan pada aspek kehumasan.

“Perkembangan dan konvergensi media menyebabkan perubahan humas pada era dulu dan sekarang. Humas dulu lebih digunakan untuk orasi terbuka dan dilakukan langsung dihadapan publik, sedangkan Humas sekarang menggunakan media massa dan media sosial. Dikarenakan jangkauan audiensnya lebih luas, maka humas sekarang lebih efektif dilakukan. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan gaya humas dulu masih dilakukan di jaman sekarang dengan menyesuaikan kebutuhan dan kondisi kepentingan,” papar Aang.

Ia juga menyebut, dengan adanya media sosial sebagai kekuatan baru, humas era kini sudah menjadi Humas 4.0 sehingga sumber daya humas perlu memiliki skill di bidang IT, new media dan teknologi.

“Humas 4.0 tidak lagi bersaing dengan Humas instansi lain, tetapi juga bersaing dengan A.I (Artificial Intelegence) dan robot. Sehingga humas tak lagi hanya berkutat pada rilis pers dan wartawan saja, tetapi memiliki bekal skill baru yang berkenaan dengan pemahaman IT, new media, teknologi, literasi digital media, serta aplikasi teknologi dan dampaknya terhadap organisasi,” ungkapnya.

Sebagi Poros Pemerintah Dalam Negeri dan dalam rangka rencana penguatan hubungan kelembagaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, telah dilakukan sejumlah langkah seperti pemetaan dan penyusunan data base, persiapan dan penyusunan instrumen, sosialisasi, penyediaan forum komunikasi dan koordinasi humas Pusat dan Daerah, peningkatan kapasitas aparatur humas kemendagri dan Pemda, monitoring dan evaluasi, serta penyusunan laporan. Hal itu juga didukung dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 33 tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun anggaran 2020.

Dalam Permendagri tersebut, dijelaskan Pelaksanaan Bidang Humas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, pengelolaan kerjasama dengan media cetak, media online, televisi dan radio.

Kedua, pengembangan teknologi dalam pengelolaan media sosial.

Ketiga, peningkatan kompetensi sumber daya aparatur bidang humas dan pengelolaan Medsos melalui pelatihan, bimbingan teknis, maupun workshop.

Keempat, penyediaan sarana prasarana bidang humas dan medsos.

Kelima, pembinaan, koordinasi, konsolidasi bidang humas termasuk pengembangan forum-forum kehumasan Pemda.

Dengan berpedoman pada Permendagri tersebut, diharapkan Humas Pemda menjadi Humas 4.0 di era konvergensi media.


(Dev)


Kabar7News, Pontianak, – Panglima Kodam XII/Tanjungpura, Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab menghadiri acara Pengambilan Sumpah/Janji dan Pelantikan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Barat di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Jalan Ahmad Yani, Kota Pontianak. Jumat, (09/08/2019).

Acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji KPID Kalimantan Barat dipimpin langsung oleh Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji. Dalam acara tersebut Gubernur Kalbar melantik dan mengambil sumpah kepada tujuh anggota KPID Kalimantan Barat untuk periode 2019-2029.

Selain melaksanakan pengambilan sumpah para anggota KPID sebanyak tujuh orang tersebut juga melakukan penandatanganan berita acara disaksikan langsung oleh Gubernur Kalbar. 
Pendam XII/Tpr


(Red)

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.