Kabar7News, Jakarta – Kabar menggembirakan datang dari Parlemen Senayan, besar kemungkinan uji klinis Vaksin Nusantara yang sempat terkendala oleh aturan BPOM akan dilanjutkan kembali.

Hal itu disampaikan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) usai melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR-RI, Senin (20/6/2022) malam.

“Kita berdoa mudah-mudahan ini bisa segera terealisasi untuk ijin edar alat kesehatannya. Karena itu kan terkendala. Maka tadi dibicarakan,” ujar Profesor Terawan.

Mantan Menteri Kesehatan Prof. Terawan Agus Putranto yang mengikuti rapat terbatas ini mengungkapkan tentang dukungan dari anggota Komisi IX DPR-RI.

“Panja Komisi IX DPR ini betul-betul sangat mensupport supaya ijin edar Alkes untuk membuat Vaksin Nusantara bisa diijinkan, sehingga uji klinis tahap 3 bisa berjalan dengan baik,” ungkap Profesor Terawan.

Terawan sangat bangga dengan wakil rakyat karena masih memperhatikan keinginan rakyat dan bisa memberikan sesuatu untuk negara.

“Kita hanya selalu mengharap apa yang bisa kita berikan ke negara,” ujarnya.

Terawan tidak memberikan target kapan Vaksin Nusantara dapat dilanjutkan, namun dia berharap Kemenkes memberikan ijin secepatnya.

“Ya kalau bisa secepatnya, target saya secepatnya, tapi semua kan tergantung yang memberi ijin, tergantung regulator Kementerian Kesehatan. Kalau bisa secepatnya, kalau gak bisa, kami sangat-sangat sabar dan selalu taat pada aturan dan juga regulasi yang mereka buat. Tapi prinsipnya, kalau bisa dipermudah, kenapa dipersulit. Kalau bisa target saya secepatnya. Tapi ini tergantung regulasi dari Kementerian Kesehatan,” tegas Terawan.

Purnairawan jenderal bintang tiga ini mengatakan bahwa uji klinis fase 3 akan melibatkan 1.800 orang. Sementara berdasarkan uji klinis sebelumnya, Terawan menyebut efek proteksinya masih tinggi.

“Artinya apa? Vaksin Nusantara tidak perlu booster,” jelasnya.

Ditanya soal efektivitas Vaksin Nusantara tersebut terhadap varian baru, Terawan menegaskan keunggulan vaksin berbasis sel dendritik tersebut, termasuk proteksi untuk subvarian B4 dan B5.

“Sudah, Omicron dah lengkap, antigen yang ada yang baru itu sudah lengkap, termasuk Omicron dan varian-variannya,” tegas Mantan Kepala RSPAD itu.

Vaksin Nusantara sendiri adalah jenis terapi imun yang memanfaatkan sel dendritik dari tubuh seseorang untuk memicu kekebalan tubuh. Dalam perkembangannya vaksin Nusantara menuai kontroversi hingga akhirnya ‘macet’ di uji klinis fase 2.

Sementara banyak kasus kesehatan akibat inflamasi pasca covid yang berhasil disembuhkan usai di Vaksin Nusantara seperti yang dialami Vanessa, gadis yang terkena autoimun; Yeferi Sutanto yang menderita kelumpuhan usai divaksin konvesional dan sembuh usai di Vaksin Nusantara.

(ks)

Kabar7News, Jakarta – Polemik pemberhentian Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad(K) dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) terus memicu reaksi berbagai pihak utamanya dari kalangan dokter Indonesia.

Salah satu yang memberi reaksi atau tanggapan adalah dokter Firman Parulian Sitanggang, Sp.Rad(K) RI, Kepala Instalasi Radiologi RSUP Sanglah Denpasar.

Seperti dikutip dari 60menit.co.id, Jumat, (8/4), dr. Firman mengatakan, asal muasal dari kekisruhan tersebut adalah masalah internal Radiologi dimana dr. Terawan berprestasi sangat pesat dan tak mudah dibendung.

“Lalu ada senior yang kurang suka dengan kondisi tersebut. Kebetulan senior tersebut cukup berpengaruh di PB IDI, tentu tidak susah dari beliau untuk cari celah,” ujar Firman.

DSA (Digital Subtraction Angiography), kata dokter yang berdiam di Bali ini, adalah celah yang dimanfaatkan sebagai pintu masuk hingga dianggap DSA tersebut tidak berdasar pada ranah ilmiah. Tetapi seiring berjalannya waktu, Dr Terawan terus berkarya dan masyarakat yang terlayani makin banyak datang dari segala lapisan, mereka merasa tertangani dengan baik, dan tidak ada yang dikecewakan.

Di sisi lain, jelas Firman Parulian, MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) terus mendesak dokter Terawan agar mau menjelaskan semuanya kepada Majelis. Sebagai seorang prajurit TNI AD, yang kebetulan dipercaya menahkodai RSPAD Gatot Subroto, dokter Terawan tidak bisa seenaknya meninggalkan tempat tugas kecuali atas ijin Kepala Staf Angkatan Darat.

“Dokter Terawan sudah menginformasikan hal tersebut kepada Majelis, agar pemanggilan ditujukan kepada KSAD. Dan KSAD yang akan memerintahkan Dr Terawan  menghadiri panggilan tersebut,” tandas dokter radiologi ini.

(ketty)

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.